Pentingnya Karakter dan Capacity untuk Menyongsong Generasi Emas Indonesia

Pendidikan merupakan satu motor perkembangan sebuah bangsa.Perkembangan sebuah bangsa itu lebih banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. Kita sering mendengar tentang adanya bonus demografi bonus generasi dan isu-isu lain yang seolah-olah Indonesia ini akan memasuki sebuah era keemasan 2045 dimana kita punya bonus demografi yang mengatakan bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia itu berada pada usia produktif pada usia 20 sampai 45 tahun. Isu tersebut seyogianya bukan menjadi isu belaka atau hanya angan-angan, tetapi dengan adanya isu tersebut seharusnya menjadi sebuah motivasi terutama bagi seorang pendidik dalam mempersiapkan era keemasan tersebut, dengan mempersiapkan generasi sumberdaya manusia yang unggul dan bermutu.
Tentunya menjadi sebuah pertanyaan,
bagaimana menyemangati peserta didik
kita, agar menjadi manusia unggul dan bermutu?. Dalam hal ini, bagi seorang
pendidik tentunya ada dua hal yang harus benar-benar dipersiapkan dan dimaknai
secara utuh dan menyeluruh. Dua hal ini yaitu pertama adalah karakter dan yang
kedua adalah capacity atau kemampuan
untuk beradaptasi. Jika dua hal ini tidak dibekalkan kepada peserta didik para generasi
milenial, maka ditakutkan mereka akan menjadi beban bangsa, dan jika mereka
tidak punya kemampuan untuk beradaptasi maka mereka tidak punya kemampuan untuk
bersaing dengan remaja-remaja negara lainnya. Untuk meraih kemajuan pengetahuan
dan teknologi tentunya tugas para pendidik adalah dengan menanamkan karakter
cinta bangsa dan tanah air. Seorang pendidik harus bisa mencetak generasi yang
tidak mudah menyerah dan pemberani, bukan generasi yang lebih menyukai hal-hal
yang instan apalagi terjerumus kedalam jurang hedonisme atau pemuja harta
kekayaan dan kemewahan.
Apabila bonus demografi tidak
dipersiapkan dengan baik dan matang, minimal dengan dua senjata yaitu karakter
dan capacity, maka posisi-posisi pekerjaan
yang strategis atau posisi lainnya yang bertujuan untuk memajukan bangsa dan
negara tidak akan bisa kita isi. Adapun jika bisa diisi dalam hal contohnya
pekerjaan, maka level pekerjaan tersebut hanya pada level pekerjaan yang
sifatnya hanya memiliki skil yang rendah atau kurang strategis dan kurang
memiliki visi dan orientasi dalam hal pembangunan dalam rangka memajukan bangsa
dan negara.
Maka dari itu kita jangan mudah
terbius dengan isu bonus demografi jika pada kenyataannya itu hanya sebuah pepesan
kosong yang di banggakan. Justru dengan adanya isu demografi Indonesi emas ini,
kita harus lebih serius dalam menyongsong hal tersebut dengan cara menciptakan
sumberdaya manusia yang bermutu dan berkualitas.
Pendidikan merupakan awalan untuk rakyat untuk generasi yang
akan datang, untuk peradaban, yang menciptakan generasi secara akademik yang
mampu menggunakan ilmu dan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk
merubah tatana sosial yang ada. Liberalisme muncul dari suatu gaya hidup yang
memisahkan antara kehidupan dan agama, yang memisahkan ajaran-ajaran agama
dengan unsur-unsur kehidupan. Orang yang membebaskan kehidupannya dari ajaran agama
maka orang-orang inilah yang disebut dengan sekuler, karena tidak memiliki
pedoman dari agama maka biasanya kelompok orang ini liberal atau berfikir bebas.
Orang-orang liberal ini ciri-cirinya adalah :
- Tidak bisa melihat agama itu seperti apa, plural atau sangat umum dalam melihat agama.
- Gaya hidup secara individu mereka ingin bebas, tidak mau mengikuti norma-norma yang ada, tidak mau dibatasi.
- Ketika berpendapat mereka mengatakan itu hak demokrasi, padahal demokrasi itu terbatas, makanya Indonesia menerapkan demokrasi Pancasila, demokrasi yang di batasi oleh norma-norma kenegaraan yang tercantum dalam sila-sila Pancasila bukan demokrasi dalam artian luas
- Liberalistik mengenal dengan kepemilikan, artinya siapa yang kuat bisa memiliki segalanya. sehingga Sistem kapitalis ini memunculkan monopoli, padahal ini tidak sesuai dengan Pancasila.
0 Comments